SEJARAH
Dulu bernama Tanggeran. Menurut tradisi
lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang, nama daerah
Tengerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal dari bahasa
Sunda yaitu tengger dan perang. Kata "tengger" dalam bahasa Sunda
memiliki arti "tanda" yaitu berupa tugu yang didirikan sebagai tanda
batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar pertengahan abad 17.
Oleh
sebab itu, ada pula yang menyebut Tangerang berasal dari kata Tanggeran
(dengan satu g maupun dobel g). Daerah yang dimaksud berada di bagian
sebelah barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung
Jalan Otto Iskandar Dinata sekarang).
Menurut
cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng
pertahanan kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara,
Wangsakara dan Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka
mendirikan pusat pemerintahan kemaulanaan sekaligus menjadi pusat
perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil
dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga
tiang/pemimpin). Mereka mendapat mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso
(1651-1680) melawan VOC yang mencoba menerapkan monopoli dagang yang
merugikan Kesultanan Banten. Namun, dalam pertempuran melawan VOC,
ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu persatu.
Perubahan
sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran
mulai dikuasai oleh VOC yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara
Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17 April 1684. Daerah Tangerang
seluruhnya masuk kekuasaan Belanda. Kala itu, tentara Belanda tidak
hanya terdiri dari bangsa asli Belanda (bule) tetapi juga merekrut warga
pribumi di antaranya dari Madura dan Makasar yang di antaranya
ditempatkan di sekitar beteng. Tentara kompeni yang berasal dari Makasar
tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut "Tangeran" dengan
"Tangerang". Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga
kini.
Sebutan
"Tangerang" menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.
Pemerintah Jepang melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta
(Jakarta Ken) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi
dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken seperti termuat dalam Po No.
34/2604. Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang tersebut,
Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian menetapkan tanggal
tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu pada tanggal 27
Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan
Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25
Oktober 1984.
KEBUDAYAAN
Tari Lenggang Cisadane
Tari Lenggang Cisadane sendiri
merupakan perpaduan unsur budaya yang ada di Kota Tangerang seperti
budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab dan budaya Lainnya. Selain alat
musik gamelan, didalamnya juga terdapat alat musik yang digunakan pada
musik marawis, lengkap dengan lagu-lagu marawisnya. Tari Lenggang
Cisadane ini merupakan proses pembentukan harmonisasi musik, tata busana
dan gerak yang dipadukan menjadi suatu tarian yang indah dan mencirikan
budaya Kota Tangerang. Tarian ini dibawakan 13 orang yang mencirikan
jumlah kecamatan di Kota Tangerang. Seniman dan budayawan kota Tangerang
ini menghasilkan sebuah seni tradisional khas Kota Tangerang dengan
memadukan unsur musik, kostum dan tarian.
Gambang Kromong
Gambang kromong (atau ditulis gambang
keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat
musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan dan kongahyan. Disebut Gambang
Kromong karena diadopsi dari nama dua buah alat perkusi yaitu gambang
dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas
dari prakarsa seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda
(kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong pada masa jabatan 1736-1740. Bilahan
gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru
batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila
dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10
buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong
adalah tangga nada pentatonik Cina yang sering disebut salendro Cina
atau salendro mandalungan. Instrumen pada gambang kromong terdiri atas
gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek dan sukong, tehyan atau
kongahyan sebagai pembawa melodi.
Lenong
Lenong
adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang
dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia.
Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat
musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling dan
kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang dan
sukong. Lakon atauskenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu
menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa
yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa
Indonesia) dialek Betawi. Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau
awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi
oleh masyarakat Betawi ataskesenian serupa seperti komedi bangsawan dan
teater stambul yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco,
seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses
teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal
sejak tahun 1920-an.
Barongsai
Kesenian
yang berkembang di Kota Tangerang, terdiri dari beberapa jenis antara
lain Kilin, Peking Say, Lang Say, Samujie. Kesenian yang menampilkan
Singa Batu model dari Cieh Say ini ada bermacam macam, dimana yang utama
mengikuti dua aliran, yaitu Aliran Utara dan Selatan yang dimaksud
adalah sebelah Utara Sungai Yang Zi, bentuknya garang, badannya tetap,
mulutnya persegi seperti yang kita lihat di kelompok Istana Kekaisaran
di Beijing, sedangkan aliran selatan adalah terdapat di sebelah Selatan
Sungai Yang Zi, bentuknya lebih bervariasi, lebih luwes, tapi kurang
gagah. Aliran Selatan, pada umumnya berada di kelenteng-kelenteng
Indonesia, khususnya di Kota Tangerang, termasuk bentuk singa ini, sama
sekali tidak mirip dengan wujud singa sebenarnya, tetapi diambil dari
Anjing Say yang pada waktu itu dipelihara Kaisar dan hanya di Istana
saja, karena dianggap suci.
MAKANAN
Kota Tangerang selain terkenal dengan pariwisatanya juga mempunyai
banyak makanan khas. Beberapa tempat yang menjadi tempat wisata kuliner
khas Tangerang terletak di Pasar Lama Tangerang
Berikut adalah beberapa makanan khas kota Tangerang diantaranya:
- Sayur Besan adalah makanan khas Tangerang yang selalu dihidangkan pada saat orang tua mempelai laki-laki datang ke rumah orang tua mempelai wanita, pada acara perkawinan (ngabesan), sehingga sayur ini dinamakan Sayur Besan.
- Gecom mungkin saat ini lebih terkenal dengan nama toge goreng.
- Pindang bandeng Meskipun banyak durinya, ikan bandeng tetap diburu. Ini karena dagingnya yang gurih lembut mirip dengan rasa susu. Pindang merupakan salah satu istilah masakan tradisional yang mengacu pada hidangan berkuah.
- Kecap Benteng terbuat dari bahan baku campuran kedelai hitam dan gula merah yang menyebabkan warna kecap manis menjadi hitam kecoklatan dan hitam legam. Produk ini merupakan hasil olahan warga Tangerang keturuna Tionghoa yang masuk ke Indonesia pada zaman dahulu dan mendirikan pabrik-pabrik kecil yang memproduksi kecap manis. Rasa manis kecap tersebut menjadikannya terkenal di kalangan penduduk Asia, khususnya Melayu yang menyukai rasa manis. Banyak masakan-masakan melayu-indonesia yang menggunakan kecap manis sebagai pelengkap dan bahkan unsur utama yang membuat masakan itu berbeda. Sebut saja seperti Sate Madura, Ketoprak, Gado-Gado, Nasi maupun Mie Goreng, Soto Betawi, hingga hidangan laut yang biasa disajikan dengan cara dibakar.
Tangerang merupakan cikal bakal produk kecap manis terkenal yang sekarang umum di pasaran. Hal ini tak lepas dari peran kaum etnis tionghoa benteng (Cina Benteng) yang menetap di daerah Tangerang. Lewat mereka lahirlah usaha-usaha produksi kecap dan salah satunya adalah Kecap Benteng (Siong Hin) yang telah eksis sejak tahun 1920. - Laksa Tangerang berbeda dengan laksa betawi atau malaysia Laksa disini bahan utamanya adalah semacam bihun tapi tebalnya seperti spagethii dan terbuat dari beras. Kemudian bahan-bahan ini disiram dengan kuah laksa yang dimasak dari kacang ijo, kentang, santan dan kaldu ayam. Selain itu disediakan juga tambahan daging ayam kampung atau telor. Sebelum disajikan masakan ini diberi taburan daun kucai yang dirajang kecil-kecil.Ada dua macam jenis laksa tangerang yaitu Laksa nyai dan laksa nyonya. Laksa Nyai dibuat oleh kaum pribumi tangerang sedangkan laksa nyonya dibuat oleh kaum peranakan Cina di Tangerang. Beberapa tempat menyajikan sajian khas ini seperti di Jl. M. Yamin-Kota Tangerang, tepatnya di depan penjara wanita.
Berikut adalah beberapa makanan khas kota Tangerang diantaranya:
- Sayur Besan adalah makanan khas Tangerang yang selalu dihidangkan pada saat orang tua mempelai laki-laki datang ke rumah orang tua mempelai wanita, pada acara perkawinan (ngabesan), sehingga sayur ini dinamakan Sayur Besan.
- Gecom mungkin saat ini lebih terkenal dengan nama toge goreng.
- Pindang bandeng Meskipun banyak durinya, ikan bandeng tetap diburu. Ini karena dagingnya yang gurih lembut mirip dengan rasa susu. Pindang merupakan salah satu istilah masakan tradisional yang mengacu pada hidangan berkuah.
- Kecap Benteng terbuat dari bahan baku campuran kedelai hitam dan gula merah yang menyebabkan warna kecap manis menjadi hitam kecoklatan dan hitam legam. Produk ini merupakan hasil olahan warga Tangerang keturuna Tionghoa yang masuk ke Indonesia pada zaman dahulu dan mendirikan pabrik-pabrik kecil yang memproduksi kecap manis. Rasa manis kecap tersebut menjadikannya terkenal di kalangan penduduk Asia, khususnya Melayu yang menyukai rasa manis. Banyak masakan-masakan melayu-indonesia yang menggunakan kecap manis sebagai pelengkap dan bahkan unsur utama yang membuat masakan itu berbeda. Sebut saja seperti Sate Madura, Ketoprak, Gado-Gado, Nasi maupun Mie Goreng, Soto Betawi, hingga hidangan laut yang biasa disajikan dengan cara dibakar.
Tangerang merupakan cikal bakal produk kecap manis terkenal yang sekarang umum di pasaran. Hal ini tak lepas dari peran kaum etnis tionghoa benteng (Cina Benteng) yang menetap di daerah Tangerang. Lewat mereka lahirlah usaha-usaha produksi kecap dan salah satunya adalah Kecap Benteng (Siong Hin) yang telah eksis sejak tahun 1920. - Laksa Tangerang berbeda dengan laksa betawi atau malaysia Laksa disini bahan utamanya adalah semacam bihun tapi tebalnya seperti spagethii dan terbuat dari beras. Kemudian bahan-bahan ini disiram dengan kuah laksa yang dimasak dari kacang ijo, kentang, santan dan kaldu ayam. Selain itu disediakan juga tambahan daging ayam kampung atau telor. Sebelum disajikan masakan ini diberi taburan daun kucai yang dirajang kecil-kecil.Ada dua macam jenis laksa tangerang yaitu Laksa nyai dan laksa nyonya. Laksa Nyai dibuat oleh kaum pribumi tangerang sedangkan laksa nyonya dibuat oleh kaum peranakan Cina di Tangerang. Beberapa tempat menyajikan sajian khas ini seperti di Jl. M. Yamin-Kota Tangerang, tepatnya di depan penjara wanita.
0 komentar:
Posting Komentar